MOROTAI, ONE.id – Seorang Pendamping Desa bukan hanya sekedar menjalankan amanat UU Desa, tetapi juga dituntut mampu mengawal perubahan desa untuk mewujudkan desa yang mandiri dan inovatif. Semua ini demi desa, sekalipun laut diseberangi. Kuncinya, adalah panggilan nurani.
Pandemi Covid-19 bukan menjadi penghalang bagi Wardi Anwar dan kawan-kawan Pendamping Desa lainnya di Kecamatan Morotai Selatan Barat, Kabupaten Pulau Morotai, Provinsi Maluku Utara menjalankan tugas pengabdian mereka di desa. Meski laut menjadi penghalang, semangat mereka tidak pernah surut.
Satu per satu desa mereka datangi. Perjalanan diawali dari Desa Leo-Leo, Posi-Posi dan Desa Loumadoro. Tiga desa ini terletak di Pulau Rao. Pulau kecil yang baru saja dimekarkan menjadi kecamatan belum lama ini.
Setelah dari tiga desa itu, tim yang dikomandoi Wardi ini menyeberang lagi ke desa 3C, (Cio Dalam, Cio Meloleo dan Cio Gerong). Lain Pulau Rao, lain 3C. Di tiga desa ini, jauh lebih berat ditempuh. Jika kesana, fisik harus kuat dan kita tak mudah menyerah, ditambah lagi sulitnya akses perhubungan laut.
Tidak ada transportasi reguler dari Desa Wayabula, ibukota Kecamatan Morotai Selatan Barat menuju ke desa 3 C, Wardi bersama Muhlis Rumadaul (PD), M. Bahri Kurung (PDTI) dan Darlin Mahasari (PLD) terpaksa merogoh kocek sebesar Rp. 600 ribu, belum termasuk harga bahan bakar minyak (BBM).
Sudah begitu, belum sampai semua tujuan desa 3C. Mereka semalam di Desa Cio Maloleo dan Cio Gerong, paginya tim pendamping menyeberang dengan menggunakan rakit ke Desa Cio Dalam sejauh 5 kilometer. Memang ongkos dan operasional tidak berbanding, namun bagi Wardi cs, pesona alam, kearifan lokal dan sambutan hangat masyarakat desa nilainya lebih dari itu. Setidaknya, dari di sana, kita banyak belajar ihwal desa yang terlahir dari alur pikir masyarakat dengan nilai sosial yang dimiliki, termasuk permasalahanya.
Ini sejalan dengan keinginan Menteri Desa PDTT, Abdul Halim Iskandar bahwa pendamping desa harus mampu memotret desa secara utuh. Sebab, pendamping desa adalah mata dan telinga Kementerian Desa PDTT.
Wardi dan kawan-kawannya mobile ke desa-desa selama tiga hari, mulai tanggal 15 hingga 17 Juni 2020. Salah satu tugas yang mereka harus selesaikan saat ini adalah menginput data Indeks Desa Membangun (IDM) tahun 2020. “Ini semua kita lakukan agar update data IMD Tahun 2020 langsung dari desa terjauh,” ujar Gopal, sapaan akrab Wardi.
Cerita kisah perjalanan pendamping desa di Kecamatan Morotai Selatan Barat ini sejak tahun 2015 ketika Dana Desa dikucurkan. Walau belum utuh, perjalanan Wardi dan kawan-kawan ini adalah menggambarkan sedikit tentang potret salah satu desa di Indonesia, khususnya di timur Indonesia yang berada di wilayah perbatasan.(Liputan; TPP Morotai, Editor; Zulkifli Hi. Saleh)