PENULIS: Suyatno Kahar (Dosen di Program Studi Ilmu Komunikasi-UMMU)
ONE.id – Virus Corona atau Covid-19 menjadi topik utama dalam setiap pemberitaan pada suatu media massa, baik itu media elektronik maupun media cetak. Setiap detik, setiap jam pemberitaan suatu media pasti terlebih dahulu memberitakan kasus corona atau Covid -19. Melalui media massa publik mengetahui segala kejadian yang ada di muka bumi ini, dengan kasus covid-19 ini publik pun selalu mengikuti perkembangan kasus pada setiap saat/ setiap waktu. Melalui media massa, dapat kita ketahui bahwa menyebarnya virus corona di seluruh dunia per tanggal 4 April 2020yakni Menurut data real time yang dikumpulkan oleh John Hopkins University per Sabtu (4/4/2020) pagi, tercatat 1.094.068 orang dinyatakan positif Covid-19 di seluruh dunia. Dari jumlah tersebut, 58.773 orang meninggal dunia, dan 225.519 pasien telah dinyatakan sembuh. Hingga kini, kasus terbanyak tercatat di AS, yaitu 273.880 kasus, disusul Italia, dan Spanyol. (Kompas.com – 04/04/2020).
Di Indonesia terdapat 1.986 kasus, 181orang meninggal dan yang sembuh adalah sebanyak sembuh 134 orang. Dengan adanya media massa, kita semua ketahui bahwa kasus Covid-19 yang telah menimpah seluru dunia ini telah menjadi pukulan psikologi bagi publik, dunia berduka, penulis menyebut media massa bisa menghilangkan duka dunia tersebut, jika media massa bisa menjalankan peran dan fungsinya dengan baik.
Konstruksi Berita Covid-19
Mengurai konstruksi berita pada suatu media massa, baik Televisi, Koran, Majalah, media Online tentu tidak terlepas dari ideologi media itu sendiri. Secara umum, ideologi media merupakan suatu keseluruhan sistem keyakinan secara konstruktif dalam bentuk visi dan misi atau gagasan, nilai serta gerakan pada media itu sendiri. Suatu gerakan media yang bermuatan perubahan juga merupakan begian dari wujud ideologi media itu sendiri. Hal ini misalnya idealisasi peran dan fungsi Media seperti Nabi yang tentu mempunyai tugas, sebagai berikut: pertama, Memberikan informasi. karena secara jelas bahwa fungsi utama pers adalah untuk memberikan informasi yang dibutuhkan oleh masyarakat secara faktual dan aktual. Kedua, Mempengaruhi. Sebagai fungsi perubahan tentu pers berperan untuk mempengaruhi situasi sosial pada jalan yang lebih baik. Ketiga, Mendidik. Pers juga menjadi sarana untuk melakukan pendidikan sehingga bisa tercapai misi pencerahan dari suatu masyarakat/bangsa.Keempat, Menghibur. Sangat tentu pers juga berfungsi untuk melayani masyarakat dalam hal kebutuhkan hiburannya.Kelima, Kontrol sosial. Media massa mempunyai kekuatan yang lebih untuk melakukan kontrol sosial, pada fungsi tersebut tentu berlaku pada pemerintah maupun pada masyarakat itu sendiri. ideologi media adalah suatu nilai-nilai kebenaran pada tubuh institusi media untuk berfungsi terhadap situasi sosial dalam konteks informasi, mediasi dan transfigurasi demi keadaban manusia.
Lasswell menyebut fungsi sosial media terdiri dari; pertama, pengawasan sosial, yaitu merujuk pada upaya penyebaran informasi dan interpretasi yang obyektif mengenai berbagai peristiwa yang terjadi di dalam dan di luar lingkungan sosial dengan tujuan kontrol sosial agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.kedua, korelasi sosial, merujuk pada upaya pemberian interpretasi dan informasi satu kelompok sosial dengan kelompok sosial lainnya atau antara satu pandangan lainnya dengan tujuan pandangan konsensus.ketiga, sosialisasi, merujuk pada upaya pewarisan nilai-nilai dari satu generasi ke generasi lainnya, atau dari satu kelompok ke kelompok lainnya (Mufid, 2007). Karena itu, media juga bisa disebut sebagai faktor lingkungan yang mengubah perilaku khalayak melalui proses pelaziman klasik, pelaziman opera atau proses imitasi atau belajar sosial. Sehingga media juga memiliki dua fungsi yakni pertama, media massa mempunyai fungsi untuk memenuhi kebutuhan akan fantasi. kedua, media massa berfungsi untuk memenuhi kebutuhan informasi.
Pada realitas media massa, konstruksi berita pada suatu media tentu tergantung dari kepentingan masing-masing media itu sendiri. Dalam pemberitaan kasus covid-19 ini, dapat diamati bahwa terdapat tiga kategori dalam kontruksi berita pada media televisi. Pertama, konstruksi berita yang lebih mengarahkan kepada tanggung jawab pemerintah RI dalam menghadapi penanganan kasus covid-19, penulis melihat bahwa konstruksi berita tersebut bisa jadi antara dua motif yakni motif berparadigma struktural atau motif tendensi negatif dari suatu kelompok oposisi terhadap pemerintah di era kuasa jokowi pada saat ini. Kedua, Realitas Obyektif kasus covid-19 pada semua daerah atau negara, dan merupakan suatu musiba yang harus disadari bersama.Oleh media tersebut tentu lebih mengedepankan narasi edukatif atau mengedepankan peran dan fungsi pendidikannya. Ketiga,Stabilitas ekonomi di tengah-tengah wabah covid-19 serta penegakan aturan/ hukum/ kebijakan dalam rangka untuk mencegah menyebarnya covid-19, pada konstruksi berita tersebut tentu mencerminkan fungsi kontrolnya sebagai pengawasan serta pendidikan kepada publik, media ini merupakan media yang netral bukan pendukung pemerintah dan bukan pulah melawan pemerintah. Keempat, Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) antara baik atau buruk, konstruksi pemberitaan ini bisa dinilai bahwa oleh ada suatu motif propaganda dengan tujuan agar kebijakan pemerintah tentang bantuan tunai/logistik segera diimplementasikan secara tegas.
Pada media Cetak nasional maupun lokal, terdapat bebeberapa konstruksi berita, pertama, Covid-19 merupakan tanggung jawab pemerintah (pemerintah daerah maupun pemerintah pusat) dan harus diselesaikan secara cepat dan tepat, tipe konstruksi berita ini kemungkinan besar dilatar belakangi oleh tendensi politik, bisa dibilang sebagai kelompok oposisi untuk penyeimbang kuasa pemerintahan pada saat ini. Kedua, proses penanganan covid-19 harus secara tegas dan cepat tanpa harus memikirkan Resiko keterpurukan ekonomi (mengutamakan keselamat, ekonomi nomor dua). Oleh media ini, dapat dinilai bahwa ia benar-benar menjalankan kontrol sosial dan atau fungsi pengawasan secara Radikal.Ketiga, pemerintah segera menerapkan kebijakan lockdown. Konstruksi pemberitaan ini tentu berdasarkan motivasi propaganda, dengan tujuan agar rating media bisa tetap atau tinggi.
Sementara media Online, terdapat beberapa konstruksi berita, pertama. Kondisi Obyektif Kasus Covid-19 yang dihadapi oleh bangsa indonesia pada semua Daerah. Dengan konstruksi pemberiatan tersebut bisa jadi lebih bermotif mengedepankan fungi informasi, namun bisa juga bersifat propaganda. Kedua, pemerintah segera menerapkan kebijakan lockdown untuk mencegah tersebarnya wabah covid-19 tanpa harus memikirkan resiko keterpurukan ekonomi. Dengan ini, lebih mengedepankan fungsi mempengaruhi serta fungsi kontrol sosial, gaya menjalankan fungsinya lebih bersifat propaganda. Ketiga, covid-19 merupakan bagian dari konspirasi dalam menerapkan strategi pertarungan ekonomi negara-negara besar. Bisa nilai bahwa media massa tersebut berperan sebagai fungsi kontrol dan fungsi informasi. Ini juga bisa berfungsi untuk penyadaran masyarakat pada situasi dan kondisi yang kemudian bisa dilihat dalam konteks yang lain. Oleh karena itu, dengan adanya kasus covid-19 kita bisa tau bahwa ada suatu makna yang tersembunyi dibalik Wabah arti tersebut. Keempat, pemerintah harus menjamin kebutuhan Rakyat Indonesia sebelum melakukan kebijakan lockdown karena kebijakan lockdown akan sangat berdampak buruk pada Rakyat kecil itu sendiri.Dalam konstruksi pemberiataan ini, memang tidak terlepas dari peran fungsi kontrol sosial dan fungsi untuk memenuhi kebutuhan akan fantasi bagi media massa itu sendiri. Kelima, kebijakan lockdown bukan solusi. inimerupakan konstruksi pemberitaan yang bisa bersifat kontadiktif, karena itu media tersebut mungkin saja mengedepankan fungsi korelasi sosial.
Dengan melihat pengaruh media massa yang cukup kuat pada saat ini, justru bisa menjadi kekuatan untuk melakukan edukasi pada suatu permasalahan tertentu. Informasi atau pemberitaanKasus Covid-19 telah mengubah perilaku sosial masyarakat, dari yang buruk menjadi yang baik. Dari kebiasaan belum bersih menjadi kebiasaan sudah bersih, dari kebiasan mengabaikan kesehatan menjadi telah mengutamakan kesehatan. Hal ini karena kekuatan informasi dan komunikasi melalui media massa yang cukup cepat pada saat ini, sehingga dengan muda mengkonstruksi suatu situasi sosial yang cukup cepat pula.
Dengan melihat pengaruh media massa yang cukup kuat pada saat ini, justru bisa menjadi kekuatan untuk melakukan edukasi pada suatu permasalahan tertentu. Informasi atau pemberitaanKasus Covid-19 telah mengubah perilaku sosial masyarakat, dari yang buruk menjadi yang baik. Dari kebiasaan belum bersih menjadi kebiasaan sudah bersih, dari kebiasan mengabaikan kesehatan menjadi telah mengutamakan kesehatan. Hal ini karena kekuatan informasi dan komunikasi melalui media massa yang cukup cepat pada saat ini, sehingga dengan muda mengkonstruksi suatu situasi sosial yang cukup cepat pula. Dengan bahasa Jean Baudrillard disebut istilah hiperealitas, ia menjelaskan keadaan runtuhnya realitas, yang diambil alih oleh rekayasa model-model (citraan, halusinasi, simulasi), yang dianggap lebih nyata dari realitas sendiri, (Piliang,2006). Media Massa membentuk Citra, Media Massa Membentuk Halusinasi, Media Massa pula membuat/menciptakan halusinasi. Pada konteks itu dapat dinyatakan bahwa kontruksi media massa pada kasus covid-19 ini menentukan situasi dan kondisi sosial bangsa ini. Mentalitas atau optimisme bangsa ini juga bisa ditentukan oleh peran media massa. Akhirnya penulis menyebut Media Massa menjadi suatu Juru Kunci dalam proses edukasi demi melawan/membasmi Covid-19.(***)