Politik Dan Kekuasaan Dalam Dinamika Politik Lokal
Penulis: Mahmud Husen
Dosen Ilmu Politik UMMU Ternate, Maluku Utara
Menjelang pemilukada tahun 2020, kita akan dihadapkan gelombang perubahan yang komplek dan cepat yang terkait dengan „Dinamika Sosial Politik Lokal“. Disatu sisi kita dihadapkan pada „dinamika perubahan“ artinyan bila kita tidak dapat menangkap perubahan itu berarti kita akan kehilangan peluang untuk membangun kehidupan berbangsa dan bernegara dalam NKRI, jangan sampai kita kehilangan napas karena bila kita salah melangkah dalam dahur hidup kematian demokrasi. Pada sisi lain kita dihadapkan pada situasi „dinamika sosial“ dan „dinamika politik“ yang menggambarkan gerak masyarakat yang menimbulkan perubahan secara berkelanjutan dalam tata kehidupan lokal dari masyarakat yang bersangkutan.
Bertitik tolak dari pemikiran diatas, maka dituntut dalam era reformasi ini, untuk membangun jiwa tanpa topeng kepalsuan agar kekuatan pikiran dapat menuntun perubahan sikap dan perilaku secara radikal sehingga dapat meretas jalan menjadi diri sendiri, dalam dinamika sosial politik lokal.Sejalan dengan pemikiran tersebut, marilah kita menyatukan pikiran yang terkait dengan „Dinamika Sosial Politik Lokal“ dalam peran kita sebagai masyarakat untuk menyatukan dinamika pembagunan gerak yang penuh gairah dan penuh semangat dalam melaksanakan Pemilu 2020 sebagai warga masyarakat yang bertanggung jawab.
Sejak kita memasuki dalam era reformasi sampai kini baik oleh Pemerintah maupun Partai tidak ada usaha-usaha secara jelas untuk memberikan arah pembelajaran tentang demokrasi.Oleh karena itu dalam kesempatan ini, saya mencoba untuk memberikan satu pemikiran mengenai konsep pembelajaran demokrasi sebagai pilar penting dalam dinamika sosial politik lokal dilihat dari sisi persfektif sebagai suatu pemikiran yang di ketengahkan disini bahwa mungkin kita tidak dapat mengubah situasi lokal dan nasional yang kita lihat di sekeliling anda, tetapi kita dapat mengubah cara kita memandang wajah Indonesia didalam diri kita.saya menyadari sepenuhnya bahwa apa yang sedang bergolak dalam pikiran para pemimpin partai saat ini dalam proses untuk memberikan apa yang disebut pembelajaran demokrasi, dimana saya tidak terbayangkan sampai di mana anda hari ini dan akan sampai ke mana anda besok akan ditentukan oleh pikiran anda.
Issu lain yang penting adalah yang menyangkut pembelajaran politik dan kekuasaan dalam „dinamika sosial politik lokal“. Mengapa issu ini di angkat karena dalam era reformasi telah tumbuh partai yang begitu banyak, dimana demokrasi telah disalah gunakan kedalam demokrasi politik.Keadaan tersebut telah menyebabkan manusia yang memilki peran hanya sekedar untuk mengejar kepentingan individu dan kelompok, yang terpikirkan hanya memikirkan kepentingan pribadi untuk merebut jabatan walikota dan wakil walikota sebagai politikus, tapi tidak pernah membayangkan dengan kekuatan pikirannya untuk memerangi dan atau melepaskan diri dari pola pikir kapitalisme.
Mampukah kita menarik dari kesusahan mendapatkan pengalaman, dari kesalahan mendapatkan kesempurnaan dari kekhilafan dapat berbuah kesadaran. Hal ini diharapkan memperkuat daya kemauan, apabila semuanya ini dilakukan dengan segala keinsyafan, maka rasa tanggung jawab akan tertanam didalam dadanya sebagai seorang politikus.
Pengalaman telah menunjukkan bahwa dalam masa era reformasi tidak ada perubahan yang terjadi untuk meletakkan landasan yang kuat untuk membangun demokrasi politik seperti apa yang diharapkan. Bahkan konflik terus berkembang sebagai suatu situasi yang diciptakan untuk mempertahankan status quo disatu sisi dan disisi lain KKN terus berkembang ke seluruh pelosok kehidupan berbangsa dan bernegara setelah otonomi daerah dijalankan.
Pasca pemilahan Umum Serentak 2019, dikatakan proses demokratisasi berjalan pada jalur dan arah yang benar kedalam transformasi kehidupan sosial politik. Inilah satu kesalahan besar yang ditunjukkan dalam kebebasan berkehendak yang tidak bertanggung jawab, yang berdampak masyarakat dan Negara makin menuju daur hidup kematian demokrasi dengan tingkat kemiskinan yang terus menerus bertambah.Bagaimana bila sebuah kesempatan datang untuk melaksanakan perubahan setelah pemilu umum 2019 muncul ditangan orang yang berperan tidak memiliki kompetensi yang sejalan dengan tuntutan dari perubahan abad ini dalam menuju masyarakat pengetahuan sedangkan tantangan begitu besar bagi bangsa dan negara Indonesia dalam abad ini.
Itulah suatu bukti dari pengalaman yang mengajarkan kepada kita masa lampau bahwa demokrasi politik dijadikan tujuan hanya untuk merebut kekuasaan demi kepentingan individu dan kelompok, sehingga tidak ada usaha konstribusi dalam usaha melaksanakan pemberdayaan demokrasi politik sebagai alat untuk menyatukan kebersamaan dan keseimbangan kepentingan.Dengan situasi tersebut diatas, marilah kita bersama-sama untuk memberikan konstribusi pemikiran agar perubahan dalam pola pikir secara radikal dapat dilaksanakan sebagai suatu kebutuhan yang mendesak bila kita ingin membangun kerjasama membuat impian menjadi satu kenyataan melalui pelaksanaan demokrasi politik kedalam satu sistem yang mendorong manusia kedalam sub-sistem sesuai dengan kebutuhan dalam pembangunan yang terintergrasi dan konsisten menjalankan konsep dari paham pandangan yang disetujui bersama.Sejalan dengan pemikiran yang di ungkapkan diatas, mendorong kita secara bersama-sama dalam dinamika sosial politik lokal untuk dapat memberikan konstribusi pembelajaran politik dan kekuasaan dalam usaha untuk mempengaruhi pola pikir yang dapat mendorong ke arah prubahan yang lebih baik.
Kita sadari bahwa Politik adalah seperangkat ilmu pengetahuan mengenai ketatanegaraan seperti sistem pemerintahan, dasar-dasar pemerintahan. Oleh karena itu setiap politikus adalah ahli politik dan ahli kenegaraan sehingga ia harus mampu menunjukkan keteladanannya dalam cara bertindak. Gambaran inilah yang kita perlukan dalam dinamika sosial politik lokal yang perlu kita sebar luaskan menjadi suatu wawasan demokrasi politik yang bertanggung ke masa depan.Dalam praktek politik tidak dapat dipisahkan dengan kekuasaan sebagai alat untuk mencapai tujuan dalam memecahkan semua persoalan, tapi pengalaman juga menunjukkan bahwa menjadi politikus lebih menekankan untuk kepentingan kelompok dan individu, dengan kebiasaan-kebiasaan tersebut maka tumbuh dan berkembang kebiasaan menjadi manusia yang kiblat kepada manusia bukan kepada prestasi yang dikehendaki oleh Allah SWT. Sejalan dengan itu banyak politikus lupa sebagai manusia, siapa, darimana dan kemana. Itulah satu kenyataan yang kita hadapi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara dalam mewujudkan politikus yang bertanggung jawab ke masa depan.**