Pemilihan Kepala Daerah(Pilkada) merupakan ajang memilih pemimpin, dalam artian bahwa masyarakat harus lebih jelih memilih pemimpin yang mampu membawa perubahan bagi suatu daerah.
Pilkada ditahun 2020, adalah pilkada yang sangat menguras energi para politisi. Pasalnya, pada pilkada tahun ini, banyak ruang gerak politisi dibatasi.
Pembatasan ruang gerak para politisi ini, akibat dari gejolaknya pandemik COVID-19.
Gerakan kampanye, tatap muka bersama masyarakat yang dilakukan oleh para politisi juga dibatasi.
Kebanyakan para politisi memilih tidak melakukan kampanye terbuka. Namun, mereka lebih memilih melakukan blusukan langsung ke masyarakat.
Bukan hanya masyarakat yang menjadi target blusukan oleh para politisi, namun para petinggi juga menjadi pilihan para politisi untuk melakukan lobi-lobi politik.
Demokrasi bisa di kata “dari rakyat untuk rakyat”.Bukan dari politisi untuk sesama politisi.
Banyak politisi yang melakukan sungkeman, berupa politik minta restu sesama politisi, sungguh aneh negeri ini, sesama politisi dianggap raja politik.
Suara rakyat dianggap bisa dipolitisir, sehingga para politisi ramai-ramai bertemu untuk meminta restu sesama politisi.(J0-1)