Jakarta – Valentino Rossi masa bodoh soal kabar-kabar pensiun yang mencuat belakangan ini. Dia lebih khawatir soal hasil-hasilnya yang jeblok.
Hasil-hasil buruk Rossi di beberapa seri terakhir MotoGP diyakini bikin Yamaha mulai mengambil jarak. Pabrikan asal Jepang itu diperkirakan takkan memperbarui kontrak rider 40 tahun tersebut yang habis di 2020.
Bahkan Direktur Monster Energy Yamaha Lin Jarvis belum lama ini menyatakan bahwa Rossi sedang menatap bagian terakhir perjalanannya bareng Yamaha. Dalam kesempatan yang sama, Jarvis memastikan level ketergantungan tim terhadap Rossi sudah tak lagi sama.
Dari pernyataan itu, ada indikasi Yamaha mulai tak menjadikan Rossi sebagai acuan lagi dalam pengembangan motor. Hal itu diperkuat dengan fakta bahwa belakangan ini Maverick Vinales berhasil memetik hasil-hasil bagus: juara di Belanda dan runner-up di Jerman.
Yamaha diduga mulai fokus mengoptimalkan motor untuk gaya Vinales. Dan berkah buat mereka, pendekatan itu turut membuahkan hasil dari Fabio Quartararo yang membesut Petronas Yamaha SRT di mana ia finis kedua dan ketiga di Catalunya dan Belanda. Quartararo pun diyakini akan jadi pengganti Rossi di 2021 nanti.
Dengan usia yang bakal mencapai 41 tahun saat kontraknya habis nanti, Rossi diperkirakan bakal mengakhiri kariernya di kelas primer. Tapi ia masa bodoh dengan kabar-kabar tersebut.
“Begitulah cara kerjanya sekarang. Makin banyak omong kosong yang dibicarakan, makin baik. Cuma memikirkan apa yang orang-orang ingin baca, lalu menulisnya. Sayangnya, memberi tahu kebenaran, menjelaskan situasi, tidaklah penting untuk beberapa orang,” ujar Rossi dilansir GPOne.
“Mereka cuma menginginkan berita-berita yang sesensasional mungkin. Terutama di internet, di mana lebih banyak klik yang Anda dapat, makin baik. Lagipula, berita apa yang lebih besar daripada kabar pensiun saya? Tapi situasi ini tidak cuma terjadi pada saya, melainkan ke semua orang juga,” imbuhnya.
Buat Rossi, rumor-rumor pensiun itu tak lebih mengkhawatirkan dari hasil-hasilnya belakangan. Ia gagal finis di tiga seri beruntun yakni Italia, Catalunya, dan Belanda, lalu cuma finis kedelapan di Jerman.
Hasil-hasil yang lebih baik, di podium misalnya, bukan tak mungkin meredam isu-isu itu.
“Masalahnya bukanlah rumor-rumor itu, tapi hasil-hasil mengecewakan saya dalam beberapa balapan terakhir,” tandasnya.