MOROTAI,ONE.id – Selama bulan Juli tahun 2019, pihak Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kabupaten Pulau Morotai, Maluku Utara, telah menangani 22 kasus terhadap pasien yang terserang wabah penyakit demam berdarah.
Tercatat dari 22 kasus DBD tersebut, 21 orang di antaranya balita serta anak anak dan 1 pasien lainnya orang dewasa.
Direkrut RSUD Kabupaten Pulau Morotai, coba di konfirmasi tapi tidak berada di tempat.
“Direkrut sementara dipanggil ke Mabes bupati, ada perlu?,” Tanya Sekertaris RSUD
Setelah awak media online menyampaikan maksud dan tujuannya. Sekertaris RSUD membolehkan dan memanggil kasi data RSUD tuk dikonfirmasi.
“Kalau soal data DBD ada kasi data yang lebih tau, nanti dia yang sampaikan,” katanya
Sehingga melalui Kepala Seksi Pendataan RSUD, Safia Ahmad, di dampingi sekertaris RSUD, di ruangan kerjanya, Kamis 25 Juli 2019. di konfirmasi sejumlah awak media mengenai puluhuan kasus DBD yang telah di tangani pihak rumah sakit, Safia, membenarkan hal tersebut.
“Iya benar selama bulan Juli 2019, RSUD telah menangani kasus DBD sebanyak 21 kasus dan seluruhnya anak anak,” terangnya
Lanjutnya, dari 21 kasus tersebut telah berhasil di tangani sebanyak 16 orang dan saat ini ditangani oleh RSUD sisa 5 kasus atau 5 orang seluruhnya anak anak.
“Dari 21 kasus DBD itu seluruhnya berasal dari Morotai Selatan dan di dominasi dari desa Muhajirin,” paparnya
Sementara soal satu kasus DBD yang dialami orang dewasa dan tercatat berasal dari pegawai bagian laboraturium RSUD Morotai, Safia, Mengakui tidak tahu.
“Pasien DBD sampai saat ini tidak ada orang dewasa, yang sementara di rawat ada 5 pasien seluruhnya anak anak,” tangkisnya.
Setelah wartawan menunjukan keberadaan pasien DBD berinisial LS tersebut di rawat, Safia- pun kaget, langsung menuju ke ruang IGD tuk dicek kebenarannya
“Iya benar pasien tersebut pegawai RSUD, dia baru masuk siang tadi menjelang sore, sehingga data dirinya belum masuk ke kami dan dia bukan DBD tetapi demam dengue,” alasannya
Alasan Safia, dibenarkan Sekertaris RSUD Morotai, “iya benar demam dengue itu bukan DBD, hanya asalnya dari nyamuk juga, hanya virusnya berbeda dengan DBD,” Celotehnya
Untuk menelisik lebih dalam dan penjelasan lebih mendetail soal salah satu pegawai laboratorium RSUD yang terjangkit DBD, awak media berusaha menemui dokter yang bertugas di ruang IGD. Kemudian berhasil bertemu dan mengkonfirmasi dr. Ronal Kambe.
dr. Ronal, mengakui bahwa kasus DBD di bulan Juli 2019 ini meningkat jumlahnya. Hanya, rata rata klasifikasinya ringan dan sedang.
“Seperti kasus yang dialami salah satu pegawai RSUD ruang laboratorium yang sementara di rawat ini adalah dikatagori DBD biasa atau demam dengue karena trombositnya masih rendah. Jadi belum demam berdarah sesungguhnya,” terangnya
Untuk lama penanganan kasus DBD atau perawatan pasiennya, kata Ronal, tergantung klasifikasi penyakitnya. Kalau kasusnya rendah perawatannya hanya tiga hari, kalau sedang sampai satu minggu. Namun, yang lama itu diaknosanya saat pasien masuk di diaknosa memakan waktu selama satu minggu kemudian di rawat.
Atas dasar kemanusiaan, dr. Ronal, berpesan kepada masyarakat agar menjaga kesehatannya terutama anak anak mereka, karena virus penyebab DBD lebih mudah menyerang anak anak, karena daya tahan tubuh mereka tidak sekuat orang dewasa.
Dikatakan, Apalagi saat ini musim pancaroba, cuaca kadang sehari hujan, sehari panas, membuat nyamuk mudah berkembang biak melalui air air yang tergenang. Selain itu lingkungannya selalu di bersihkan dan banyak minum air putih.
“Bila anak anaknya demam panas tinggi segera lakukan pemeriksaan ke pusat layanan kesehatan terdekat seperti puskesmas agar mengetahui penyakitnya. Jangan menunggu sudah lebih dari tiga hari kemudian baru dibawa ke puskesmas atau RSUD,” pintanya.