TERNATE, JURNALONE.id – Kepala Perwakilan Kementerian Keuangan Maluku Utara Adnan Wimbyarto menjelsakan, Provinsi Maluku Utara pada bulan Desember 2022 mengalami inflasi sebesar 1,06 persen (m-to-m) atau 3,37 persen (yoy), lebih rendah di bawah inflasi nasional sebesar 5,51 persen (yoy). Adapun kelompok yang memberikan andil inflasi secara tahunan terbesar yaitu kelompok transportasi dengan andil sebesar 2,13 persen, dengan sumbangan dari tarif angkutan udara dan tarif angkutan dalam kota.
“Tantangan yang perlu diantisipasi dalam upaya pengendalian inflasi antara lain adanya tren peningkatan mobilitas masyarakat yang memicu kenaikan harga komoditas angkutan udara, peningkatan komoditas pangan yang tinggi seiring dengan pertumbuhan industry smelter dan pertambangan yang pesat, potensi kenaikan harga beras karena belum masuknya musim panen di beberapa titik sentra produksi, serta adanya dampak dari cuaca ekstrem yang dapat mempengaruhi produktivitas pertanian dan perikanan,” dijelsakan Adnan pada acara Torang Pe APBN Edisi Bulan Januari 2023, Kementerian Keuangan Provinsi Maluku Utara, Jumat (27/01/2023).
Ia juga menjelaskan dari sisi produktivitas, Indikator Nilai Tukar Petani (NTP) dan Indikator Nilai Tukar Nelayan (NTN) per Desember 2022 menunjukkan bahwa NTP di Maluku Utara berada di angka 105,21. Sedangkan NTN Maluku Utara berada di angka 99,83.
Untuk Neraca Perdagangan, total ekspor Januari-Desember 2022 tercatat USD8.202,4 juta dengan komoditas yang paling banyak diekspor berupa Ferro Nickel. Sementara itu, komponen impor selama Januari-Desember 2022 tercatat sebesar USD3.002,63 juta dengan Batu Bara/Semi Coke sebagai komoditas yang paling banyak diimpor.
Melangkah ke isu strategis regional, isu yang dibahas kali ini berupa perkembangan Peluang Investasi Maluku Utara dalam bentuk, Pengembangan Agroindustri Kelapa di Maluku Utara. Sebagaimana yang kita ketahui, salah satu penyumbang terbesar Produk Domestik Bruto di Maluku Utara adalah sektor pertanian, kehutanan, perburuan dan perikanan.
Hal ini didukung oleh kondisi geografis Maluku Utara yang subur dan lautan yang luas. Lebih berfokus pada perkebunan, Maluku Utara Menjadi daerah penghasil kelapa terbesar ke-4 di Indonesia dengan luas areal perkebunan mencapai 203.008 Ha (tahun 2021).
Namun, sampai saat ini di Maluku Utara, kelapa mayoritas hanya diolah menjadi kopra. Berdasarkan pengamatan, kelapa masih belum diolah secara optimal. Pengolahan kelapa menjadi kopra hanya sebatas memanfaatkan daging kelapa saja. Sementara, air kelapa, tempurung kelapa dan serabut kelapa belum dimanfaatkan.
“ Berkaca pada beberapa daerah lain di Indonesia, seluruh bagian buah kelapa bahkan pohon kelapa dapat dimanfaatkan atau memiliki nilai ekonomis. Air kelapa selain diminum langsung dapat diolah menjadi Nata de Coco, CocoFiber dan Coco Peat. Sedangkan, tempurung kelapa dapat diolah menjadi Arang Tempurung Kelapa,” ujarnya.
Melihat kondisi ini, Potensi Industri CocoFiber dan Coco Peat, Industri Nata de Coco, Industri Arang Tempurung Kelapa, Industri Kopra Putih dapat diwujudkan jika mendapatkan dukungan. Saat ini, Pemda mendukung melalui Program PARAPARA EMAS. “Program Kelapa Berharga Petani Sejahtera Ekonomi Maluku Utara Stabil (Parapara Emas) merupakan konsep berupa inovasi untuk memanfaatkan semua potensi buah kelapa menjadi produk-produk yang memiliki nilai jual. Selain itu, Pemda bersama Kementerian
Pertanian menyelenggarakan kegiatan pembinaan dan pelatihan (asistensi) kepada petani untuk mulai merambah ke produk turunan lain selain kopra. “Oleh karena itu, pembiayaan KUR juga dapat dioptimalkan dalam pengembangannya. Dukungan pembiayaan sangat vital bagi keberlangsungan produksi. Kanwil DJPb pada TA 2023 ini akan mendorong penyaluran KUR sektor pertanian melalui berbagai program berupa sosialisasi, pembinaan, dan pemberdayaan UMKM,” Tutup Adnan pada acara itu yang di hadiri awak media dan peserta Torang Pe APBN Edisi Januari 2023.(rls/SMG)