BNPB Lakukan Pemetaan Daerah Rawan Banjir Lahar Dingin

banner 120x600
banner 468x60

HALBAR – Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) melalui Pusat Data Informasi Kebencanaan (Pusdatinkom), Direktorat Pemetaan Risiko Bencana dan Direktorat Mitigasi melakukan pemetaan berbasis pesawat nirawak (drone). Pemetaan ini untuk memonitor wilayah permukiman penduduk, jalur aliran sungai dan kondisi debris flow atau lelehan material lahar yang keluar dari rangkaian aktivitas Erupsi Gunung Api Ibu di Halmahera Barat, Maluku Utara, Selasa (4/6).

Giat pemetaan itu merupakan arahan langsung Kepala BNPB Letjen TNI Suharyanto S.Sos., M.M., yang diinstruksikan melalui Rapat Koordinasi Penanganan Darurat Erupsi Gunungapi Ibu pada Jumat (31/5).

Melalui Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB Abdul Muhari menyampaikan, dalam instruksi itu, untuk melakukan memitigasi adanya potensi bencana sekunder dari erupsi Gunung Api Ibu. Sebab, Material lahar yang dimuntahkan Gunung Api Ibu selama erupsi dan kemudian terjadi penumpukan dapat menjadi ancaman bencana sekunder berupa banjir bandang lahar jika diabaikan.

“Apabila terjadi hujan dengan intensitas tinggi dan terkonsentrasi di wilayah puncak gunung hingga hulu-hulu sungai dalam durasi yang cukup lama, maka potensi terjadinya bencana sekunder itu juga semakin besar,”kata, dia.

Ia meminta agar seluruh pihak baik dari lintas Kementerian/Lembaga termasuk Pemerintah Daerah Maluku Utara dan tentunya Pemerintah Kabupaten Halmahera Barat agar senantiasa bersinergi dalam upaya mengurangi dampak risiko bencana.

“Kami tidak ingin kejadian banjir lahar dingin seperti di Sumatera Barat yang telah menelan korban sebanyak 62 jiwa dan 10 lainnya dinyatakan hilang tidak terjadi di Halmahera Barat,”tuturnya.

Oleh karena itu, Kepala BNPB melalui Abdul Muhari ini, menyampaikan dengan tegas, bahwa perlu dilakukan upaya-upaya mitigasi dan kesiapsiagaan yang diawali dengan studi lapangan dan kajian yang komprehensif, salah satunya adalah dengan memetakan besaran material lahar, jalur hulu-hilir sungai, permukiman warga di lereng gunung, hingga kondisi kawah puncak utama.

“Kalau memang betul ada penumpukan material sisa erupsi ini bisa segera diturunkan karena itu berbahaya. Jika terjadi hujan yang luar biasa maka bisa terjadi banjir bandang, tambahnya.

Pada pemetaan tahap pertama kata Dia, tim menyisir wilayah Utara-Barat Laut Gunung Api Ibu dan berkonsentrasi di Desa Duono. Sebab, desa tersebut dilewati jalur hulu sungai yang nantinya bermuara di wilayah pesisir barat.

“Misi pesawat drone ini dilakukan untuk melihat kondisi vegetasi dan jalur sungai yang mengarah ke wilayah hilir dan melewati beberapa permukiman warga,”tegasnya.

Dirinya juga menambahkan, bahwa misi tersebut juga dilakukan di desa Togoreba Tua dan desa Naga di Wilayah Ibu Utara dan Ibu Tengah.(red)

banner 325x300